Pada suatu waktu kulangkahkan kakiku di sebuah ruangan besar. Ruangan itu dipenuhi oleh cermin-cermin. Entah mengapa, tapi cermin itu terasa seperti zona penderitaan. Dengki, benci, dan keputus asaan manusia. Kulihat di salah satu cermin, saat kusentuh entah mengapa aku tertarik ke dalamnya. Kau tahu kawan? Orang yang terlihat dengki itu justru tertawa hingga terbahak-bahak, orang yang terlihat benci justru membuat orang lain bahagia, dan orang yang terlihat putus asa justru menyemangati orang yang lainnya.
Mengapa? Mengapa mereka tak terluka pada kehidupannya, padahal hati mereka sendiri mungkin telah mati rasa. Paradoks yang lucu bukan? Tapi hal itu mungkin gambaran untuk beberapa manusia di luar sana. Manusia-manusia yang mengenakan topeng untuk dapat membesarkan orang-orang disekitarnya. Mereka adalah para manusia yang tak ingin melihat orang lain terluka hanya karena dirinya.
Karena hal itulah mereka mengobarkankan hidupnya, membuang jauh-jauh rasa cinta di hati, dan menipu dirinya sendiri hingga akhir hayatnya nanti. Bagaikan sebuah jurang, maka tidak akan ada dasarnya. Pada dasarnya mereka hanya tak ingin menjadi beban, walaupun harus melakukan hal-hal tersebut. Mungkin, orang-orang tersebut terlihat selalu bahagia, namun jauh di lubuk hatinya kebahagiaannya telah padam. Bahkan, mungkin mereka sendiri sudah tak mengenal wajah asli mereka, dan akhirnya justru terluka di didalam kepalsuan itu.
Jadi siapa mereka? Apakah mereka keluarga kita? Saudara kita? Teman kita? Atau, justru kita sendiri? Entah, semoga saja tidak. Sudah cukup rasanya kita menderita, apalagi melihat orang lain menderita. Lalu, siapa atau apa yang patut disalahkan? Dunia? Para manusia di dalamnya? Entahlah, namun semoga kita dapat mengerti siapa “Manusia-manusia Bertopeng” ini, dan dapat mengobati hatinya.
Sekiranya hal itulah yang dapat kusampaikan. Aku bukanlah “Manusia Bertopeng” itu. Namun aku ingin membuat perubahan demi kebaikan umat ini, agar “Mereka” dapat melupakan hal-hal bodoh yang berkecamuk di dalam hatinya. So, see you later guys.
Mengapa? Mengapa mereka tak terluka pada kehidupannya, padahal hati mereka sendiri mungkin telah mati rasa. Paradoks yang lucu bukan? Tapi hal itu mungkin gambaran untuk beberapa manusia di luar sana. Manusia-manusia yang mengenakan topeng untuk dapat membesarkan orang-orang disekitarnya. Mereka adalah para manusia yang tak ingin melihat orang lain terluka hanya karena dirinya.
Karena hal itulah mereka mengobarkankan hidupnya, membuang jauh-jauh rasa cinta di hati, dan menipu dirinya sendiri hingga akhir hayatnya nanti. Bagaikan sebuah jurang, maka tidak akan ada dasarnya. Pada dasarnya mereka hanya tak ingin menjadi beban, walaupun harus melakukan hal-hal tersebut. Mungkin, orang-orang tersebut terlihat selalu bahagia, namun jauh di lubuk hatinya kebahagiaannya telah padam. Bahkan, mungkin mereka sendiri sudah tak mengenal wajah asli mereka, dan akhirnya justru terluka di didalam kepalsuan itu.
Jadi siapa mereka? Apakah mereka keluarga kita? Saudara kita? Teman kita? Atau, justru kita sendiri? Entah, semoga saja tidak. Sudah cukup rasanya kita menderita, apalagi melihat orang lain menderita. Lalu, siapa atau apa yang patut disalahkan? Dunia? Para manusia di dalamnya? Entahlah, namun semoga kita dapat mengerti siapa “Manusia-manusia Bertopeng” ini, dan dapat mengobati hatinya.
Sekiranya hal itulah yang dapat kusampaikan. Aku bukanlah “Manusia Bertopeng” itu. Namun aku ingin membuat perubahan demi kebaikan umat ini, agar “Mereka” dapat melupakan hal-hal bodoh yang berkecamuk di dalam hatinya. So, see you later guys.
Author : Anarta Adit
Editor : Fadil Ananta
Tag :
Artikel Kritik
0 Komentar untuk "Manusia Bertopeng"
→ Berkomentarlah Dengan Kata Kata dan Kalimat Yang Relevan.
→ Berkomentarlah Dengan Kata Yang Halus Tanpa Membuat SARA.
→ Hargailah Komentar Orang Lain.
→ Jangan Melakukan SPAM Komentar.
→ Jangan Menaruh Link Aktif Di Komentar.
→ Jangan Saling Menghina Di Komentar.